Pengelola
Perpustakaan Rekso Pustoko mangkunegaran Solo mengaku baru menyelesaikan
sekitar 10 naskah kuno, dari 800an naskah yang dilakukan laminasi.
Disamping keterbatasan sumber daya manusia (SDM), proses laminasi untuk melapisi naskah agar tidak rusak itu, juga masih mengandalkan bantuan dari Arsip Nasional
Disamping keterbatasan sumber daya manusia (SDM), proses laminasi untuk melapisi naskah agar tidak rusak itu, juga masih mengandalkan bantuan dari Arsip Nasional
“Masih
banyak naskah yang harus dilakukan proses laminasi. Karena naskah di sini
sebagian besar kondisinya sudah rusak,” kata Staf Pengelola Perpustakaan Rekso
Pustoko Mangkunegaran Solo, Darweni ketika ditemui di kantornya.
Selama
ini proses laminasi dilakukan dengan menggunakan kertas tisu yang berasal dari
Jepang. Namun demikian, proses itu hanya dapat dilakukan sekali dalam setahun.
Sebab, bantuan tisu Jepang dari Arsip Nasional ini datangnya setahun sekali.
“Petugas
dari Arsip Nasional yang melakukan proses laminasi di sini hanya tinggal selama
sepekan. Dalam sepekan bisa menyelesaikan proses laminasi sampai 500 halaman
atau sekitar satu naskah kuno. Padahal naskah ini sangat banyak.”
Tidak
hanya itu, lanjut Darweni, dalam melakukan proses laminasi membutuhkan
kehati-hatian. Sebab kondisi kertas naskah kuno sudah tidak stabil. Artinya, jika
terlalu ditekan kertanya akan mudah rusak. Darweni juga mengatakan, naskah kuno
koleksi Perpustakaan Mangkunegaran juga disimpan di book naskah yang terbuat
dari karton sirio black anti basah
dan asam.
“Selain
dilakukan proses laminasi, kita juga menyalin aksara dari tulisan Jawa ke
tulisan bahasa Indonesia. Supaya bisa dimengerti dan dipahami pembaca. Soalnya
kalau tidak seperti ini banyak naskah kuno tulisan asli tangan yang rusak.”
Lebih
jauh, Darweni menyebutkan, selain memiliki 800an naskah kuno, Perpustakan
Mangkunegaran juga memiliki sekitar 30.000 koleksi buku kuno. Dimana buku
tersebut merupakan koleksi Raja Mengkunegaran, KGPAA Mangkunegara IV sampai
saat ini.








No comments:
Post a Comment