Ribuan
kue keranjang khas Imlek mewarnai pelaksanaan kirab Grebeg Sudiro di Pasar Gede
Solo, Minggu (11/2/2018). Kirab disaksikan ribuan pengunjung dari berbagai
daerah berlangsung sangat meriah dengan berbagai pertunjukan atraksi. Mereka
datang bersama keluarga dan saudara.
Hiasan lampu lampion turut mewarnai acara bertema Melestarikan Budaya Bangsa Merajut
Kebhinnekaan. Lampu lampion terpasang apik di sekitar Pasar Gede. Ada
lampion 12 shio terpasang di
sepanjang jalan Jenderal Sudirman.
Warga yang menyaksikan pun tak menyiakan untuk mengabadikan
kirab dua budaya, Jawa-Thionghoa dengan kamera ponsel mereka. Kirab dimulai
dari depan Pasar Gede Solo ada 9 gunungan berisi makanan, kue keranjang dan
sayuran.
Gunungan disusun dari ribuan kue keranjang. Ada atraksi
barongsai, reog, tarian tradisional, pakaian tradisional, adat keraton sampai
kesenian kontemporer memeriahkan acara itu.
Yang menarik dari kirab ini ada beberapa gunungan yang
sengaja dibentuk mirip seperti bangunan rumah dinas Wali Kota Solo, Loji
Gandrung, Pasar Gede, Monumen 45 Banjarsari, dan tugu. Semua gunungan dihiasai
dengan kue keranjang. Selama dikirab beberapa kue keranjang turut dibagikan
kepada penghunjung.
Ada 4 ribu kue keranjang yang dibuat panitia kirab untuk
dibagikan kepada pengunjung. Pembagian kue keranjang dilaksanakan setelah kirab
selesai. Acara tahunan ini turut dihadiri Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo,
Wakil Wali Kota, Achmad Purnomo, panitia Imlek 2018, panitia kirab Grebeg
Sudiro, TNI/Polri, dan tamu undangan.
Grebeg Sudiro merupakan salah satu bentuk akulturasi antara
etnis Jawa dan Tionghoa di Solo. Kirab ini digelar tujuh hari sebelum tahun
baru Imlek. Sudiroprajan sendiri menjadi kawasan yang dihuni oleh berbagai
etnis sejak zaman sebelum kemerdekaan.
"Kirab Grebeg Sudiro merupakan perpaduan antara etnis
Jawa-Tionghoa di Solo. Kirab ini rangkaian dalam menyambut tahun baru Imlek
2018," kata Lurah Sudiroprajan, Daliman.(*?/)