Atmosfer
menjelang pernikahan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran
Rakabuming Raka (28) dengan Putri Solo 2009, Selvi Ananda (24) sangat dirasakan
oleh industri rumahan (home industri) lokal Solo.
Salah satunya industri rumahan sepatu dan selop tradisional, di kawasan Jalan Honggowongso No 117 Kawatan, Serengan, Solo. Seperti apa?
Salah satunya industri rumahan sepatu dan selop tradisional, di kawasan Jalan Honggowongso No 117 Kawatan, Serengan, Solo. Seperti apa?
Seiring
dengan semakin bervariasinya alas kaki, sandal selop terus mengalami
perkembangan dalam proses produksinya. Sandal yang biasa digunakan orang Jawa
dalam pernikahan ini hadir dengan kualitas yang tak kalah dengan sandal buatan
pabrik. Seperti halnya yang dilakukan industri rumahan pembuatan sandal selop
tradisional, di kawasan Jalan Honggowongso No 117 Kawatan, Serengan, Solo.
Pengelola industri rumahan, Sulistyo Agung Nugroho (29), mengatakan sandal selop buatannya sangat sederhana. Meski proses pembuatannya dengan menggunakan peralatan tradisional, hasil produksinya tidak kalah dengan hasil pabrikan. Bahkan, orang nomor satu di Indonesia, Jokowi juga memesan sandal selop buatannya untuk pernikahan putranya, Gibran Rakabuming Raka beserta keluarga.
“Benar, beberapa waktu lalu Pak Jokowi melalui keluarganya di Solo pesan minta dibuatkan selop untuk keluarga dan putranya, Mas Gibran dan calon menantunya Mbak Selvi,” terang Sulistyo ketika ditemui di sela-sela pembuatan selop bersama dengan pegawainya.
Sulistyo mengaku, dapat pesanan selop pernikahan untuk keluarga Jokowi melalui temannya di Chilli. Namun demikian, dirinya mengaku belum mengetahui secara pasti berapa jumlah selop yang akan dipesan. Pasalnya, saat ini yang telah melakukan fitting baru Ibu Negera, Iriana Jokowi beserta putrinya, Kahyang Ayu.
“Kebetulan kemarin pas pulang ke Solo sehingga Ibu Iriana dan Mbak Kahyang fitting duluan ke sini.”
Dia mengaku, selop yang dipakai Gibran dan Selvi pada resepsi pernikahannya dirancang secara khusus dengan konsep beludru. Sementara untuk keluarga pengantin hanya menggunakan konsep Jawa biasa. Meski yang memesan seorang presiden, Sulistyo mengaku tidak memberikan perlakukan khusus. Artinya, tetap diperlakukan sama seperti konsumen pada umumnya.
“Proses pembuatan selop tergantung pemesanan. Kalau mintanya segera jadi, ya sehari bisa kami kerjakan. Tetapi kualitas dan hasil tetap kami utamakan,” imbuh pria yang juga sebagai generasi penerus ketiga industri rumahan Bakti, itu.
Sebelumnya, kata Sulistyo, Keluarga Kalitan mendiang Presiden Kedua RI, Soeharto juga sering memesan selop pengantin untuk acara pernikahan. Selain pejabat negara, banyak konsumen lain yang memesan selop untuk keperluan pribadi. Ada yang dari Semarang, Yogyakarta, Jakarta, Irian, Kalimantan, dan lainnya. Industri rumahan dirintis sejak Tahun 1952 ini hanya mengandalkan orang ke orang untuk mengenalkan produksinya.
“Tidak pernah melakukan promosi. Selama ini hanya orang yang membeli kemudian cerita ke tamannya. Kemudian temannya datang ke sini.”
Dalam sehari pihaknya mengaku dapat memproduksi 20-23 pasangan selop. Bahan yang digunakan untuk pembuatan selop tidak kalah dengan yang digunakan pabrikan. Bahkan, selop buatannya terus mempertahankan pakem dari leluhurnya. Inilah yang membedakan selop industri rumahan Bakti dengan lainnya.
“Industri ini adalah turun temurun. Sampai saat ini sudah tiga generasi. Ciri khas produksi kami adalah selop atau sandal ceripu,” ujar Sulistyo.
Untuk sepasang selop pengantin pria dihargai Rp195.000, sedangkan selop pengantin wanita Rp198.000-Rp205.000.
Lebih lanjut, Sulistyo mengatakan, industri rumahan yang dikelolannya itu tidak hanya memproduksi selop saja. Namun sejumlah memproduksi sepatu, sandal dan lainnya. Konsumen yang memesan adalah mereka yang memiliki masalah sepatu tidak pas dengan ukuran kaki.
“Misalnya ukuran di atas 42 hingga 49 untuk kaki pria dan ukuran kaki yang terlalu kecil untuk wanita dewasa, biasanya di bawah ukuran 36. Sehingga mereka memesan untuk dibuatkan.”
Selain karena ukuran kaki yang berbeda, konsumen memesan sepatu berkualitas bagus dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan sepatu yang dijual di toko sepatu kebanyakan. Sepatu pesanan itu kuat dan tidak mudah rusak.
“Selama 60 tahun berjalan ada sekitar 35-40 orang pegawai yang kami libatkan dalam pembuatan selop, sepatu dan produksi lainnya,” ujarnya.







No comments:
Post a Comment