Memberikan Insprirasi & Informasi

Kekerasan Verbal Pada Anak Masih Ditemukan Di Solo



Kekerasan verbal (verbal abuse) terhadap anak atau siswa masih sering ditemukan di sekolah. Meski jumlahnya tidak begitu banyak, kekerasaan verbal ini dapat memberikan dampak psikalogis bagi anak. Seperti minder, takut kembali sekolah dan menghambat perkembangan anak.


Demikian disampaikan Koordinator Yayasan Sahabat Kapas Solo, Jawa Tengah, Dian Sasmita. Menurut Dian, untuk menghindari kekerasan verbal tersebut sekolah harus menerapkan sistem sekolah ramah anak.
“Kita belum bisa menyebutkan berapa jumlahnya (anak yang mengalami kekerasan verbal). Tetapi paling tidak budaya tersebut bisa dihilangkan dengan program sekolah ramah anak. Jangan sampai anak itu diberikan tindakan yang kurang menyenangkan,” kata Dian, panggilan akrab Dian Sasmita.
Dia mengatakan, kekerasan verbal ini merupakan tindak kekerasan yang bersifat melecehkan dan mencemooh terhadap seseorang. Kekerasan ini dapat berupa panggilan yang menyebutkan ciri anak, menyebutkan tokoh yang kurang baik dan perkataan yang merendahkan. Seperti bodoh, pesek, krempeng, kriting, dan lainnya.
“Kekerasan verbal seperti itulah yang sering kita jumpai dalam kelas ketika guru sedang mengajar. Padahal perkataan seperti itu tidak seharusnya diucapkan terhadap anak,” tegas dia.
Lebih lanjut, Dia mengatakan, Solo sebagai predikat kota layak anak (KLA) sudah seharusnya menerapkan sistem sekolah yang menyenangkan bagi anak. Kebijakan-kebijakan yang diambil sekolah harus melibatkan anak. Sehingga anak ini merasa jika dirinya dibutuhkan di sekolah.
Disamping itu, perlunya kerjasama antara pemerintah terkait, seperti Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora), Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Sosial, dan keluarga demi terlaksananya program sekolah ramah anak.
“Memang tidak mudah untuk menciptakan sekolah ramah anak. Perlu ada kerjasama semua pihak untuk mewujudkannya,” imbuh dia.
Terpisah, Kepala Sekolah SD Negeri Banyuagung 1 Solo, Ngatmanto menjelaskan, perlu ada komunikasi dan koordinasi baik untuk menciptakan sistem pendidikan yang menyenangkan antara siswa dengan guru. Karena dengan adanya komunikasi itu akan meningkatkan prestasi belajar pada anak.
“Pada dasarnya tidak ada siswa yang bodoh. Semua itu pintar dan pandai. Tinggal bagaimana kita (pendidik) mendorong mereka untuk semangat dalam belajar dan berprestasi,” papar Ngatmanto.
Sebelumnya dalam kunjungannya ke Solo, Ditjen PAUD dan Dikmas, Haris Iskandar juga meminta kepada sekolah untuk memberikan pendidikan yang menyenangkan bagi anak didiknya. Karena dengan pendidikan yang menyenangkan akan menciptakan tumbuh kembang anak lebih baik.(*)
Share:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Pengin Nulis. Powered by Blogger.

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.