Pantauan di lapangan,
upacara Gerebeg Syawal dimulai sekitar pukul 10.45 WIB. Dibuka drumband bregada
tamtama prajurit keraton, prajurit prawira anom, prajurit sorogeni, pasukan
doropati, dan dua gunungan, yakni jaler dan estri.
Kedua gunungan tersebut
diarak dari Kori Kamandungan Keraton Solo menuju halaman Masjid Agung Solo yang
berjarak sekitar 500 meter.
Gunungan jaler berisi hasil
bumi berupa sayur-sayuran dan lauk-pauk, seperti kacang panjang, terong, tebu,
telur, cabai merah, wortel, dan jeruk. Sedang gunungan estri berisi intip,
rengginang dengan dilengkapi bendera merah putih.
Sebelum diperebutkan,
kedua gunungan itu didoakan terlebih dahulu di Masjid Agung. Setelah doa
dipanjatkan, gunungan jaler langsung dirayah oleh warga yang berada di sekitar
serambi masjid.
Bahkan, warga rela
berdesak-desakan hanya untuk mendapatkan sedekah
dari Raja Keraton Solo tersebut.
Sementara gunungan estri
dibawa kembali ke halaman kori kamandungan keraton. Selama diperjalanan sejumlah
abdi dalem serta sentono dalem melakukan pagar betis agar gunungan estri
tersebut tidak dirayah warga.
Setelah sampai di halaman
keraton warga yang telah menunggu lebih awal langsung berebut isi dari gunungan
estri itu.
Salah seorang pengunjung
dari Sidoarjo, Jawa Timur, Alfiah mengaku senang bisa mendapatkan berkah dari Gerebeg
Syawal Keraton Solo. Alfiah mengaku baru pertama kali menyaksikan perayaan
Gerebeg Syawal.
“Seru banget bisa ikut
berebut sedekah keraton. Saya dapat intip dan renggingan. Sedekah ini akan saya
bawa pulang ke Sidoarjo. Semoga menjadi berkah karena langsung saya peroleh dari
keraton,” kata Alfiah.
Sementara itu, Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, Kanjeng Pangeran (KP) Winarno Kusumo menjelaskan, Gerebeg Syawal merupakan tradisi tahunan yang dilakukan secara
turun temurun. Kegiatan itu bertujuan untuk mengingatkan perkembangan Islam
masa lalu. Disamping itu juga sebagai bentuk selamatan atau wilujengan.
“Gerebeg Syawal ini
merupakan ucap sukur merayakan kemenangan bagi umat Islam yang sudah selesai
menjalankan ibadah puasa selama 30 hari. Ucap sukur kita wujudkan dengan dua
gunungan yang diperebutkan oleh warga,” kata pria yang akrab disapa Kanjeng
Win, itu.
Lebih lanjut, Kanjeng Win mengatakan, sebagai
pewaris Kerajaan Islam sudah menjadi kewajiban untuk terus mengingatkan
peristiwa Islam kepada masyarakat. Sehingga masyarakat diminta untuk selalu
bersyukur dengan berkah yang mereka dapatkan di bumi.(*)






No comments:
Post a Comment