Memberikan Insprirasi & Informasi

Warga Ngalap Berkah Tradisi Gerebeg Joko Tingkir



Lima ribu ketupat dalam bentuk gunungan ludes diperebutkan masyarakat dari berbagai daerah dalam acara puncak Gerebeg Syawalan di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, Jawa Tengah, Minggu (26/7/2015).


Tradisi Gerebeg Syawalan TSTJ Solo dihadiri ribuan pengunjung dari berbagai daerah. Seperti Solo, Karanganyar, Boyolali, Sragen dan bahkan warga pemudik dari luar Jawa, seperti Samarinda, Kalimantan turut hadir dalam puncak Syawalan tersebut.
Mereka sengaja datang hanya untuk menyaksikan tradisi tahunan untuk mencari berkah dari ketupat Lebaran. Sebelum diperebutkan, pengunjung diberikan suguhan drama kolosal yang menceritakan Jaka Tingkir atau Pangeran Hadiwijaya Raja Pajang melawan siluman buaya di danau TSTJ.
Setelah mengalahkan siluman buaya, Jaka Tingkir naik ke darat untuk mendoakan ribuan ketupat dalam bentuk gunungan di tepian danau. Pemanjatan doa tersebut agar ketupat yang dibagikan menjadi berkah bagi masyarakat yang mendapatkannya.
Ketupat tersebut dibagikan pengunjung dengan cara dilempar. Sehingga warga harus berdesakan untuk memperebutkan ketupat itu.
“Senang bisa ikutan rebutan gunungan ketupat Syawalan. Soalnya baru pertama kali ini saya melihat kalau ada Gerebeg Syawalan di sini (TSTJ),” ungkap Fitri.
Warga Samarinda, Kalimantan ini mengaku ketupat yang dia dapatkan tersebut akan dibawa pulang untuk dimakan. Dia yakin dengan memakan ketupat Gerebeg Syawalan ini akan mendatangkan berkah.
Warga lain, Lestari mengatakan, membutuhkan kerja keras untuk bisa mendapatkan ketupat Syawalan. Ia harus berdesak-desakan bahkan harus berebut dengan pengunjung lain supaya mendapatkan satu buah ketupat.
“Senang bisa menyaksikan Gerebeg Syawalan ini,” terang warga Solo.
Sementara Direktur Utama TSTJ Solo, Bimo Wahyu Widodo mengatakan, pembagian ketupat tersebut merupakan tradisi tahunan untuk menandai puncak Syawalan. Selain itu juga untuk melestarikan  budaya leluhur. Pasalnya, ketupat sebagai simbol kemakmuran.
“Bagi masyarakat Jawa, ketupat (kupat) mempunyai makna lepat (mengaku rasah bersalah). Sedang pembungkus kupat yakni janur diartikan sebagai nur (cahaya). Sehingga Syawal ini merupakan bulan kesucian bagi manusia,” kata dia.
Dijelaskan, Gerebeg Syawalan ini juga memiliki makna lain yakni untuk menarik pengunjung dari luar Solo. Sehingga bisa lebih dekat dengan kota budaya, sebutan Kota Solo.(*)
Share:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Pengin Nulis. Powered by Blogger.

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.