Memberikan Insprirasi & Informasi

Gendewa Simo Boyolali, Hilangkan Kesan Gep-gepan Antarpemuda Walen


Keberadaan pemuda sebagai penggerak dan perubah keadaan sangat memainkan posisi yang strategis.


Pemuda merupakan kader penerus kepemimpinan nasional dan juga lokal (desa), pembaharu keadaan, pelopor pembangunan, penyemangat bagi kaum remaja dan anak-anak.
Namun, jika hal itu tanpa dilandasi dengan rasa kebersamaan antar pemuda, maka pembangunan nasional maupun lokal tak dapat berjalan.
Beruntung, di Dukuh Walen, Simo, Boyolali memiliki wadah bernama Gendewa (Generasi Muda Walen).
Gendewa merupakah wadah bagi para generasi muda Dukuh Walen untuk menyalurkan aspirasinya dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
Dibentuk pada Juli 2011 lalu, keanggotaan Gendewa terbuka bagi siapa saja, terutama generasi muda yang menginjak remaja atau Anak Baru Gede (ABG) di Dukuh Walen.
Disamping sebagai pelopor pembangunan lokal, Gendewa dibentuk juga untuk mengantisipasi adanya gep-gepan antar pemuda.
“Ini (Gendewa, red) merupakan wadah generasi muda Walen supaya tidak terkotak-kotak. Memiliki tujuan sama untuk membangun serta peduli terhadap sosial kemasyarakatan,” terang pendiri sekaligus penasehat Gendewa, Syarif Widodo (38).
Gendewa memiliki filosofi busur atau panah.

Ketika panah direntangkan dengan diberi anak panah maka ketika dilepaskan, anak panah itu dapat melesat dengan jauh.
“Begitu juga dengan Gendewa, kita ingin pemuda Walen bisa menunjukkan kemampuannya dalam segala bidang, terutama dalam pembangunan desa.”

Pria yang akrab disapa Lek Dodo itu, juga menambahkan, sebelum Gendewa berdiri para pemuda Dukuh Walen telah diwadahi dalam keluarga Besar Remaja Islam Masjid Baitul Hakim (Kerismas) Walen.

Akan tetapi, tidak berjalan lama.

Hingga kemudian berinisiatif membentuk Gendewa, dengan harapan dapat menyatukan para pemuda dengan tujuan serta visi dan misi sama.

Memasuki usianya yang ketiga tahun, Gendewa telah memiliki anggota sekitar 50 orang.

“Memang sejak dahulu para embah-embah (sesepuh) antara Walen Barat dengan Timur tidak pernah “akur” (rukun) dalam segi pandangan, sampai akhirnya berimbas pada para generasi mudanya. Dan sampai sekarang,” katanya.

Meski demikian, dalam hal kemasyarakatan, lanjut dia, antara pemuda Walen Barat dan Timur selalu menunjukkan kebersamaan.

Seperti sinoman, gotong royong bersih desa maupun kegiatan kemasyarakatan lainnya.

“Harapannya ke depan tidak ada lagi istilah gep-gepan antar pemuda.

Semua harus memiliki satu visi dan misi sama dalam memajukan pembangunan masyarakat Dukuh Walen,” tandasnya.(*)
Share:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Pengin Nulis. Powered by Blogger.

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.